(foto/istimewa)


Dimensintb.com, Lombok Timur - Masyarakat Bangsa Sasak, terkhususnya para pemuda merindukan hadirnya pemimpin yang memiliki rasa Merang dan Tindih. Tindih artinya karakter tindih seorang pemimpin yang berpegang teguh pada ajaran agama, adat dan budaya.


Sementara Merang yaitu saling anton terik tumpah saling sedok (istilah dalam bahasa Sasak) atau gotong-royong tanpa membeda-bedakan (tolong menolong- red). Sehingga karakter ini mampu membangun rasa persaudaraan kuat tanpa memihak ke satu kelompok. 


Karakter dan mental kepemimpinan seperti inilah yang dicari oleh masyarakat. Karena sosok pemimpin seperti ini akan mampu menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal secara moderasi di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan Sasak.


Dimana dalam tradisi dan budaya luhur Nenek moyang kita suku Sasak, serta tokoh tokoh kami di kajian kajian Sasak. Ada 4 (Empat) karakter yang harus kita jadikan sebagai pedoman jika ingin jadi pemimpin dalam istilah bahasa Sasak yaitu Kemalik, Likat Napak, Tindih dan Merang.


Namun rasa Tindih dan Merang, menurut para pemuda terkhusus kaitannya dengan  karakter yang harus dimiliki oleh para calon pemimpin sebagai indikator yang ideal bagi pemimpin yang ingin oleh masyarakat (Pemilih-red). 


Hal itu, tentunya baik dalam pengertian pada kehidupan di alam semesta maupun kehidupan bernegara dan di daerah. Bahkan dalam ruang lingkup yang paling sederhana yakni keluarga sendiri.


"Kepemimpinan menurut tradisi leluhur Sasak dan budaya Sasak itu berpegang pada nilai prinsip yang 4 yaitu,  Kemalik, Likat Napak, tindih dan Merang," ungkap Yudha Milia Sandi Ketua Pemuda Sasak Patuh Karya (PUSAKA). Jumat (27/09).


Menurutnya, seorang calon pemimpinan yang tindih dan merang sebagai suatu karakter yang kuat dalam memperjuangkan nilai-nilai harmonisasi masyarakat Sasak, serta bisa menjaga kebenaran dan  Keberpihakan dalam menjaga nilai-nilai tradisi sasak. 


Selain itu, sosok pemimpin harus memiliki jiwa keramahan dengan spritual yang tinggi terhadap alam semesta, dengan melekat pada jiwa setiap warga suku Sasak. "Ini suatu sikap adi luhur dan arif yang melekat pada masyarakat Sasak," ungkap Yudha yang yang juga pernah menjadi Pemuda Pelopor bidang sosial budaya provinsi NTB tahun 2020.


Meskipun sangat kuat sebagai nilai-nilai di dalam diri setiap masyarakat Sasak, tetapi tidak semua yang dapat memahami dan mengamalkan untuk menjadi karakter dan pegangan sebagai dasar kepemimpinan. Namun kebiasaan ini ada pada nilai-nilai masyarakatnya dan senantiasa menjadi rujukan dalam menentukan arah masyarakat Sasak menentukan pilihannya. 


Meskipun ditengah ketidak pastian situasi politik dan perjalannya sangat dinamis, tapi penuh dengan persaingan hingga para elit politik dengan kemungkinan transaksional politik. "Pemimpin yang sejati yang kami harapkan untuk bumi Selaparang. Dengan  berkarakter prinsip tindik dan merang selalu setia pada kepentingan masyarakat, adil dan berbudi luhur. Hal ini harus dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertindak dalam setiap keputusan," tegasnya. 


Kondisi ini tentu tidak mudah dan gampang, akan tetapi butuh kejernihan hati dan rasa yang tenang untuk melihat setiap visi-misi dari setiap karakter calon pemimpinan dan dengan melihat jelas history dan rekam jejaknya.


"Semoga momentum ini menjadikan kita, terutama kaum muda generasi Sasak harus lebih tenang dan penuh kedamaian yang diajarkan oleh leluhur kita. Sehingga sosok pemimpin yang sama-sama kita harapkan membangkitkan lagi semangat nilai luhur dan kekompakan masyarakat Sasak," tandasnya.(*)