Foto: Sekjen Bapera Lotim Muhamad Paisal Fajri (kiri) Kapolres Lotim AKBP Hery Indra Cahyono (tengah) dan Ketua Umum Bapera Lotim Saparwadi (kanan

DimensiNTB- Lombok Timur, 

Barisan Pemuda Nusantara Kabupaten Lombok Timur berdiskusi santai dengan Kapolres Lombok Timur AKBP Hery Indra Cahyono, S.H,S.I.K,M.H terkait beberapa hal, salah satunya soal ketertiban, stabilitas keamanan dan kebangsaan.

Pada diskusi yang berlangsung hangat itu Kapolres berharap, Bapera sebagai salah satu organisasi kepemudaan nasional harus terus konsisten menjadi rumah kebangsaan tempat atau wadah bagi para pemuda dan mahasiswa Indonesia berdiskusi memecahkan masalah terkait isu-isu terkini. 

Serta, menggagas konsep untuk terus menjaga serta mempertahankan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia, demi mewujudkan visi Indonesia Emas. 

"Saya sangat apresiasi kepada Bapera yang telah melakukan pelatihan bela negara di Cibubur Jakarta bekerjasama dengan Mabes Polri, Mako Brimob," ujar Kapolres Lotim, Jum'at (2/9/22).

Sekretaris Bapera, Muhammad Paisal Pajri, menyampaikan terima kasih kepada Kapolres yang telah menyerahkan Sertifikat Bela Negara kepada 35 orang peserta secara simbolis.

Kebaikan harus terus tumbuh dan berkembang memenuhi seluruh ruang kehidupan sosial kita. Tak terbatas ruang, tak terbatas waktu," ungkap Muhamad Paisal Fajri.

Selain ucapan terima kasih kepada Kapolres, ia juga menyampaikan terima kasih kepada Ketua Bapera Kabupaten Lombok Timur, serta segenap pengurus yang dengan penuh dedikasi terlibat pada seluruh kegiatan Bela Negara di Cibubur Jakarta.

Muhammad Paisal Pajri sekretaris Bapera mengatakan, di usia 77 tahun RI, masih saja ada yang belum beranjak akil-balig dalam berbangsa dan bernegara. Semisal para elite negeri yang gemar melakukan Polarisasi melakukan rekayasa sosial.

"kita ketahui politik selalu saja menjadi medan rekayasa sosial, medan pertarungan tempat manusia seharusnya melahirkan ide-ide kreatif yang melampaui hal-hal yang bersifat identitas, please jangan lagi menggunakan isu murahan itu untuk meraih kuasa," sentilnya. 

Dirinya mengajak kepada semua pihak agar berpolitik secara elegan dengan menghadirkan ide-ide brilian, bukan malah menyemai bibit kebencian,  mengoyak-ngoyak kebinekaan. 

Dirinya menyebut, bahwa bangsa Indonesia itu lahir dan hidup untuk seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali. 

"Janganlah suka mengkotak-kotakkan, kita adalah kesatuan tanpa diksriminasi, kebersamaan tanpa dominasi, keutuhan tanpa serpihan, harmoni tanpa arogansi, ingat Indonesia milik semua, itu sudah disegel oleh konstitusi," seru dia.

Paisal Pajri mengingatkan, Ancaman keindonesiaan bukan hanya separatisme fisik, melainkan dapat berupa separatisme nonfisik dalam segala hasrat hegemoni, dominasi, dan oligarki atas nama apa pun dan oleh siapa pun atau kelompok mana pun. 

Dirinya mengajak kepada semua lebih-lebih elite bangsa, niscaya memupuk jiwa kenegarawanan yang meletakkan kepentingan Indonesia di atas kepentingan diri, kroni, kelompok, golongan, dan segala primordialisme yang mencederai keindonesiaan. 

Jiwa kenegarawanan yang luhur itu, tegas dia lagi, mesti dijadikan alam pikiran, sikap, dan orientasi tindakan nyata dalam berbangsa dan bernegra, bukan jiwa kenegarawanan sebagai slogan yang indah pada narasi kata dan retorika, melainkan miskin tindakan dan bukti nyata. 

Jiwa kenegarawanan yang autentik antara kata dan perbuatan, bukan dalam jargon heroik kebinekaan dan keindonesiaan yang terkunci dalam verbalisme NKRI harga mati hanya untuk kepentingan diri sendiri.

Bagi kaum beriman, jiwa kenegarawanan dalam berbangsa dan bernegara mesti lahir dari tauhid yang menundukkan segala amaliyah diri di atas otoritas Allah Yang Maha Kuasa. Kuasa duniawi itu nisbi dan titipan Tuhan yang mesti dirawat dengan jiwa terpercaya.

Mandat kekuasaan duniawi bagi orang-orang beriman bukanlah barang indrawi yang mesti dikuasai menjadi milik sendiri dengan arogansi dan lupa diri. Takhta itu amanah sangat berat yang harus dipertanggungjawabkan di mahkamah Tuhan.

Bukankah Allah mengingatkan dengan firman-Nya, kata Paisal Fajri menyitir salah satu ayat Al-Qur'an, yang berbunyi; 

“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS an-Nisa: 58)," demikian Paisal Fajri. ***